followers

Sabtu, 26 Februari 2011

Cerita #3 - Kicau Balau

Titik balik menjadi satu momen dimana seorang individu akan bergerak dari kisah lamanya, menuju kisah baru, dengan pandangan dan sikap baru. Inilah kisah singkat tentang Si Balau - burung yang menemukan titik balik dalam hidupnya.

Pagi hari dimana dunia serasa makin terang perlahan, kawanan burung di sebuah pohon saling melempar kicauannya. “Cuit, cuit, cuit, cuit..!!” Bagi kita yang manusia, bunyinya seolah seperti itu saja, tanpa ada makna. Tapi entahlah untuk para kawanan burung itu.  Mungkin saja mereka berlomba untuk bangun pagi, dan berorasi untuk menunjukkan kebolehannya. Kompetisinya adalah mengenai popularitas.  

Tapi tunggu, ada seekor di antara mereka yang bangun telat. Cuma diam bermalas-malasan dengan mata sayu. Dialah Balau. Hampir setiap hari sebelum terbang mencari makan, dia terpaksa bangun karena kicauan kawanannya yang berisik. Tapi Balau hanya akan diam menunggu teman-temannya selesai orasi.

Pagi berikutnya, Balau terpikir untuk melakukan sesuatu. Dia sudah jenuh atas ratusan pagi yang dilaluinya begitu saja. Dia juga ingin populer. Tapi dengan caranya sendiri. Dia bangun, mengambil ancang-ancang di salah satu ranting, kemudian bersuara seperti manusia yang membersihkan tenggorokannya, seperti memberi kode atas sesuatu.

Tanpa pikir lagi, Balau melakukan eksekusi. Dia menjatuhkan diri ke tanah tanpa kepakan sayap. Dia berteriak kencang sekali. Otomatis semua perhatian tertuju padanya. Puluhan centimeter menjelang benturannya dengan tanah, dia mengepakkan sayapnya, terbang mengudara kencang! “Woohoohooo…!!!” Sejenak berakrobat di langit, lalu kembali ke rantingnya lagi.

Teman-temannya hanya melihat sepersekian menit dan diam. Tanpa berkomentar apapun, mereka melanjutkan kembali ritual paginya untuk berkicau. Senyum megahnya kembali hanyut oleh cemberut. Sekarang Balau melanjutkan ritualnya lagi, seperti biasanya, diam.

Seorang kawan, Lili, datang dan duduk di samping Balau. “Sudahlah, tenang saja. Jika memang kompetisinya tentang popularitas, janganlah ambil jalan pintas. Kita semua kan harus melalui proses. Kupikir juga bukan tentang popolaritas semata. Tetapi ini tentang budaya. Kita bangsa burung punya budaya untuk berkicau di pagi hari. Jangan lepaskan budayamu, Lau..” Lantas Lili pergi entah kemana.

Sampailah pada titik balik itu. Balau terpikir bahwa memang benar apa yang disampaikan Lili. Entah nasihat itu datang darimana tapi benar adanya membuat Balau jauh lebih tenang. Bahkan Lili mampu mengubah Balau sekarang. Pagi-pagi berikutnya, perlahan Balau mulai ikut berkicau seperti kawanannya. Dan akhirnya dia tahu, apa makna dibalik kicauan itu. Ya, hanya Balau dan kawanan burungnya saja yang tahu alasan kenapa mereka selalu berkicau di pagi hari. (-:

ditulis oleh : Ojan

Tidak ada komentar:

Share This

Related Posts with Thumbnails