-si Ikan Cupang-
---------
---------
Ini adalah sebuah cerita tentang si ikan cupang yang sombong. Setiap hari dia tak henti-hentinya mengibaskan sirip-siripnya yang berwarna gemerlap. melenggak ke kanan, menari ke kiri, berputar-putar, naik turun di gelas kaca-nya yang tak seberapa besar. Dia bersama dengan ikan cupang lainnya tersusun rapih pada rak-rak rendah dalam sebuah toko ikan. masing-masing ikan cupang diletakkan dalam sebuah gelas kaca berukuran kecil, di antara gelas-gelas itu disematkan sebuah sekat dari karton.
Ikan cupang pada dasarnya adalah ikan petarung. Jika jantan ikan cupang bertemu muka dengan jantan lainnya, seketika sirip-sirip mereka akan terkembang indah, memperlihatkan perpaduan warna-warna cantik nan gemerlap. Pertarungan tak dapat dihindarkan jika kedua ikan ini dipertemukan dalam satu wadah. Untuk itulah sekat-sekat karton ini disematkan, sebagai dinding pemisah antara cupang jantan yang satu dengan yang lainnya.Sesekali jika pelanggan datang, sekat ini akan dibuka, lalu dimulailah adu gagah antara ikan-ikan cupang dengan sirip terkembang.
Saat-saat seperti inilah, si ikan cupang sombong memamerkan keelokannya. Siripnya terkembang melambai-lambai bak selendang sari. Sisiknya memantulkan cahaya matahari yang masuk melalui celah-celah jendela toko, membuatnya berkilau dengan berbagai spektrum warna."lihatlah aku!!" ujarnya lantang "aku adalah ikan cupang dengan warna paling indah di antara kalian semua" sambil meliuk-liukkan badannya dia kembali berujar "aku akan menawan hati seorang pembeli hari ini, pegang kata-kataku, mereka pasti jatuh cinta pada warnaku" Ikan-ikan cupang lainnya hanya melengos dan memalingkan muka, menganggap suara sombong si Ikan Cupang hanya angin lalu.
Tak berapa lama, masuklah seorang gadis manis yang melihat deretan gelas-gelas ikan cupang dengan mata berbinar. Sang pemilik toko menghampirinya. Gadis itu tak banyak berbicara, dia hanya mengedarkan pandangan sesaat, seperti sedang memindai rak-rak ikan itu. Akhirnya matanya tertuju pada satu gelas yang berisi ikan cupang dengan sirip panjang terkembang bak selendang sari, dialah si Ikan Cupang sombong.
Dalam wadah plastik bening, si Ikan Cupang tak henti-hentinya tersenyum bangga. Masih segar dalam ingatannya, tatapan iri teman-temannya ketika gadis manis itu menunjuk gelasnya. "tau rasa mereka" batinnya dalam hati "cibiran mereka selama ini tak akan ada artinya lagi buatku" hati si Ikan Cupang buncah oleh rasa senang. Tak pernah terpikir olehnya akan seperti apa kehidupannya di tempat yang baru.
Hari demi hari berlalu, si Ikan Cupang merasakan rasa senangnya mulai menyurut, diganti oleh perasaan-perasaan aneh yang tidak bisa dia jelaskan. Dia mulai sering memikirkan toko ikan tempat tinggalnya dulu. Rak-rak dengan gelas-gelas kaca yang tersusun rapi. Cahaya matahari lembut yang menembus melalui jendela, sekat-sekat karton, dan perasaan berdebarnya ketika sekat itu mulai dibuka. Dia merindukan semuanya. Dan yang paling dirindukannya adalah teman-temannya, ikan-ikan cupang yang lain, yang membuatnya bisa mengembangkan siripnya hanya dengan melihat keberadaan mereka.Sekarang si Ikan Cupang tak mampu lagi mengambangkan sirip selendang sarinya, perlahan diapun mulai kehilangan warnanya. Sulit baginya untuk berenang bebas karena berbagai hiasan akuarium memenuhi tempat tinggalnya, air-nya pun sering keruh dan tidak segar akibat makanan ikan yang terlalu banyak. Dia tidak menyukai tempat tinggalnya.
Di suatu pagi ketika si Ikan Cupang diletakkan di luar rumah untuk mendapatkan sinar matahari. Cuaca ketika itu cukup berangin, membuat pohon-pohon terpaksa menggugurkan daun-daunnya. Si Ikan Cupang yang malang sedang berenang-renang malas, bahkan bisa dibilang dia hanya mengapung tak bergairah. Siripnya layu dan terlihat sedikit koyak di bagian ujung akibat jamur, warnanya tak lagi cerah, dia tampak pasrah. Tiba-tiba sehelai daun hijau yang baru saja diterbangkan angin jatuh tepat di permukaan akuariumnya. Daun itu mengapung berat dan menutupi cahaya matahari untuk si Ikan Cupang. Cukup lama si Ikan Cupang mengamati daun itu. Dia lalu membatin "ah seandainya aku adalah daun, pasti hidupku akan jauh lebih menyenangkan. Aku cukup ringan untuk diterbangkan angin. Aku pasti bisa kemana saja. Aku pasti bisa kembali ke gelas kecilku yang nyaman..." pikiran si Ikan Cupang melayang-layang seperti daun yang diterbangkan angin, dia merasakan tubuhnya menjadi ringan, namun matanya semakin berat. Ketika helai daun disingkirkan, dia tak bisa lagi merasakan hangatnya cahaya matahari.
ditulis oleh: Putri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar