Desain grafis memang bukan lagi hal baru bagi banyak orang. Kira-kira 10 tahun belakangan, desain grafis menjadi jurusan yang cukup hip di kalangan mahasiswa baru. Pilihan untuk masuk ke dunia desain grafis biasanya berawal dari hobi menggambar sedari kecil. Hal juga dialami oleh Pradana Adhi Saputra, atau yang lebih dikenal dengan panggilan Dimaspas.
Sejak kecil buku pelajaran Dimas lebih banyak diisi dengan gambar ketimbang tulisan. Sang ibu yang menyadari ini kemudian mempersilakan Dimas untuk mengikuti bakatnya untuk melanjutkan sekolah di SMSR (Sekolah Menengan Seni Rupa) jurusan garis komunikasi. Dari sinilah Dimas mulai merambah ranah baru selain gambar. Dia mulai jatuh cinta dengan digital imaging. Namun walaupun begitu, Dimas tidak meninggalkan hobi gambarnya. Dia pernah aktif membuat komik sepak bola, pernah juga membuatkan komik untuk almarhum sahabatnya, yang mana komik ini ditujukan untuk kembali pada sang mantan pacar. Hasilnya? sukses! lewat komik yang digambar Dimas, sang sahabat dan mantan pacarnya bisa balikan. Hehe..cerita ini terlalu manis untuk tidak saya sematkan di tulisan ini.
Mungkin dari sinilah awalnya Dimas mulai mengerjakan desain sesuai dengan permintaan klien. Semasa kuliah, Dimas sudah malang melintang di beberapa perusahaan desain dan animasi. Baik itu bekerja secara fulltime, maupun sebagai freelancer. Terkadang ada omongan tak sedap ketika seorang desainer yang mendedikasikan talentanya untuk melayani klien akhirnya disebut sebagai tukang desain. saya sempat menanyakan pendapat Dimas mengenai hal ini, dan ternyata dia sama sekali tidak keberatan dengan anggapan tersebut. Bagi Dimas, ada kesulitan yang mengasikkan ketika harus menuruti permintaan klien. Baginya pekerjaan desain yang dilakukannya adalah memberikan solusi untuk klien dengan visual, dan yang terpenting hal ini memiliki efek bagi audiens.
Bertahun-tahun melakukan pekerjaan desain untuk klien ternyata membuat Dimas rindu berkarya sendiri. Dulu, Dimas masih sering membuat komik, street art, atau grafitti. Kesibukan lalu menelan kegiatan-kegiatan itu, dan sekarang dia harus mengakui kecanggungannya ketika mulai membuat karya lagi. Untuk mengatasinya, Dimas sekarang sedang mulai menggambar lagi, mengunjungi pameran dan banyak melihat referensi di internet. Untuk soal desain-mendesain, ada satu karya Dimas yang jadi favorit saya. Buku ensiklopedi dolanan bocah yang dijadikan tugas akhirnya di Institut Seni Indonesia, jurusan Diskomvis.
Dalam berkarya dan melakukan pekerjaan desain, ada tiga orang yang menjadi inspirasinya. Mereka adalah Tera Brajaghoza, seniornya di kampus. Arie Vianza, seniornya di kampus dan di tempatnya bekerja dulu. Serta Moki, teman sedari SMA yang juga sudah pernah ter-On Day Monday. Dimas mengagumi pola pikir dan karya-karya mereka. Dimas juga meyakini sebuah quote, yang mana quote ini menjadi pegangannya selama ini "The fact that no one understands you doesn't make you an artist". Quote ini diartikan Dimas bahwa sebuah karya harus bisa dikomunikasikan, dan akan lebih baik lagi jika sebuah karya itu punya efek bagi penikmatnya.
Selamat kembali berkarya, mas Dimas. Semoga cita-citamu untuk punya istri, dua anak, rumah berpagar putih dan warung kopi bisa terwujud :D
Pradana Adhi Saputra a.k.a Dimaspas
pradana.dimas@gmail.com
tulisan oleh : Putri
foto : diambil dari portfolio Dimas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar