followers

Jumat, 08 April 2011

SINDIKASI TOBUCIL : Mural Menyapa Publik

Halo-halo Bandung!
kabar menarik dari Kota Kembang ini merupakan program sindikasi antara Ojanto dan Tobucil Handmade, dimana setiap minggunya kami akan bertukar cerita antara Jogjakarta dan Bandung :)
Beberapa hari yang lalu, tak ada hujan tak ada badai, Littletiara, sepupu saya yang super centil ujug-ujug menapakkan kakinya ke Bandung. Dan mimpi buruk pun terjadi, berjam-jam direngeki akhirnya saya menyerah. Kolaborasi petualangan menyusuri Bandung pun dimulai! Ow, tapi setidaknya kali ini saya jadi punya asisten foto dadakan. 

Bandung yang sedang super panas menumbukkan saya pada dinding-dinding kotanya yang nyaris tak polos. Memang, beberapa tahun terakhir ini, mural menjadi semacam kebisuan yang hadir di dalamnya. Mulai dari tembok-tembok di jalan Siliwangi, tembok-tembok Kebun Binatang Bandung, hingga tembok-tembok jalan layang dihiasi oleh lukisan dinding yang bernama mural tersebut. Ya, mural memang telah menjadi satu bentuk ekspresi di ruang publik. 

Lalu, apa, sih, yang sebenarnya dimaksud dengan mural? Secara singkat, mural adalah cara menggambar atau melukis di atas media dinding, tembok atau permukaan luas yang bersifat permanen lainnya. Berbeda dengan grafiti yang lebih menekankan hanya pada isi tulisan dan kebanyakan dibuat dengan pilox atau cat semprot, maka mural tidak demikian. Mural lebih bebas dan dapat menggunakan media cat tembok atau cat kayu, bahkan cat atau pewarna apapun juga seperti kapur tulis atau alat lain yang dapat menghasilkan gambar. 


Mural sendiri memiliki catatan sejarah yang cukup panjang. Adalah lukisan gua di Perancis dan Spanyol menjadi mural tertua yang ada sejak tahun 30.000-12.000 SM. Namun mural modern baru berkembang di tahun 1920-an di Meksiko dengan pelopornya antara lain Diego Rivera, Jose Clemente Orozco, dan David Alfaro Siqueiros. (selengkapnya baca di sini)

Tidak ada komentar:

Share This

Related Posts with Thumbnails