Minggu lalu merupakan minggu yang cukup membuat resah. Karena human error, selama beberapa hari akun Google kami tidak dapat diakses. Sempat ketar ketir ketika mencoba membuka page blog ini dan menemukan pengumuman bahwa blog sudah dihapus. Untung saja bantuan datang dari teman-teman terdekat dan kami bisa mendapatkan akun kami kembali. Rasanya lega bukan main. Karena hal ini pula, minggu lalu kami terpaksa menghentikan beberapa kegiatan rutin kami seperti Sindikasi Tobucil dan On Day Monday. Namun sepertinya waktu beristirahat sudah cukup, minggu ini kami kembali lagi dengan On Day Monday, menghadirkan cerita dari seorang crafter sekaligus seniman, bernama Nurify.
-------------
Merelakan Pasar, Memilih Idealisme
Cinta pertama terkadang memang susah untuk dilupakan. Walaupun sudah ditinggalkan sekian tahun, ketika rasa penasaran menjadi bumbunya, tidak terlalu sulit untuk memanggilnya kembali. Kurang lebihnya inilah yang saya bayangkan terjadi pada Nurify. Bukan cinta pertama dalam konsep hubungan percintaan pria dan wanita, tapi cinta pertama pada bakat dan hobi yang telah lama ditinggalkannya.
Sejak kecil Nurify suka menggambar. Dia memiliki bakat itu. Lalu distraksi demi distraksi mengalihkan perhatiannya, hingga akhirnya dia bertemu kembali dengan dunia seni yang membuatnya kembali menggambar. Kemampuannya ini digunakannya untuk mentransformasi ide-ide yang ada di kepalanya. Tidak puas dengan bentuk-bentuk dua dimensi, Nurify lalu mencoba mengolah bentuk seni yang lain yaitu bentuk-bentuk tiga dimensi. Dari bisnis Keluarga, Nurify akrab dengan bahan-bahan tepung dan adonan kue. terpikir olehnya bahwa bahan-bahan ini dapat diolah menjadi sesuatu yang lain, yaitu asesoris.
Pips kemudian lahir. Asesoris berupa kalung dan anting-anting yang terbuat dari bahan dasar clay. Awalnya Nurify mencari tau melalui media internet. Setelah mencoba dan mengulik bahan-bahan seperti tepung dan lem putih, akhirnya dia menemukan resep claynya sendiri. Resep inilah yang selalu digunakannya dalam menciptakan berbagai bentuk asesoris di bawah payung Pips. Untuk waktu yang cukup lama, Pips telah memiliki pasar dan penggemar. Yang menjadi kekuatannya adalah selera pasar. Nurify mengakui, ketika menjalankan Pips, selera pasar adalah nomer satu. Dia bahkan menyambut semua pesanan dan mengikuti keinginan pelanggannya. Ternyata hal ini dirasa cukup melelahkan, apalagi setelah kegiatan baru mulai digelutinya.
Selama tiga bulan lamanya, Nurify disibukkan dengan kegiatan barunya sebagai seorang seniman. Dia mengikuti program Artist In Residence di Tembi Rumah Budaya, Yogyakarta. Mungkin dari sinilah Nurify mulai disusupi oleh idealisme. Karena setelahnya, dia memutuskan untuk meninggalkan Pips, dan memulai sesuatu yang lebih konseptual bernama Ledidak. Masih bermain-main dengan adonan clay buatannya, menurut Nurify asesoris a la Ledidak lebih memiliki karakter dibandingkan dengan Pips. Pada Ledidak, Nurify murni bermain-main dengan ide terliarnya dalam membuat asesoris. Dia tidak lagi berpatokan pada selera pasar, pun juga tidak lagi menerima orderan sesui permintaan pelanggan, sebuah keputusan yang ternyata masih sulit diterima oleh penggemar Pips. Nurify mengakui, Pips memang mendatangkan keuntungan yang lumayan. Namun dia tidak menyesal, karena dengan Ledidak, dia dapat menikmati apa yang dia kerjakan.
Saat ini Nurify masih disibukkan dengan kegiatannya sebagai seorang seniman. Menggambar dan memadukan clay pada kanvas, untuk persiapan pameran berikutnya. Nurify juga berniat melanjutkan studinya ke pascasarjana ISI (Institut Seni Indonesia) mengambil jurusan fine art, sambil mengolah konsep yang lebih matang untuk Ledidak. mari kita nantikan :)
Nurify "Ledidak"
2 komentar:
human error gimana ojan & putri? trus gimana recover-nya wktu itu? mengerikan yaa...
halo mba Angel. iya..waktu itu kami salah memasukkan data, trus akunnya secara otomatis disable gitu. dikasih option recovery waktu itu, ngefax identitas atau transaksi dgn cc. kami milih yg transaksi aja biar cepet :D untung aja terselamatkan..fiuh..
Ojan & Putri
Posting Komentar