followers

Kamis, 30 Juni 2011

We’re On HAI MAGAZINE :D

kami tampil di rubrik Heroes Among Us

Horeee!
Girang sekali rasanya. Akhirnya sampai juga ke tangan kami majalah ini. Ceritanya, pada suatu hari, berbincanglah kami dengan Mbak Woro tentang Nest of Ojanto. Panjang lebar ngalor ngidul ditemani camilan seadanya dan anak-anak ayam yang sesekali masuk ke rumah Putri. Katanya, kami akan dimasukkan dalam rubrik Heroes Among Us. Ceritanya tentang anak muda dan usaha yang ditekuninya. Ternyata waktu memang masih menjadi musuh utama kami. Hihi.
Semoga cerita dari kami bisa menginspirasi teman-teman muda Indonesia. :D 
Terima kasih Mbak Woro, Terima kasih HAI MAGAZINE! :D 

 Majalah HAI edisi 27 Juni - 3 Juli 2011

Ojan, Putri, produk, dan kegiatan :)

-----

 
bersama Mbak Woro :D

Sindikasi Tobucil : Hobi + Iseng + Ima = Papayamango

Halo-halo Bandung!
kabar menarik dari Kota Kembang ini merupakan program sindikasi antara Ojanto dan Tobucil Handmade, dimana setiap minggunya kami akan bertukar cerita antara Jogjakarta dan Bandung :)

Saya tidak ingat lagi siapa yang terakhir berhasil membuat saya datang ke Tobucil di siang bolong nan panas ketika secawan es cendol jauh lebih menarik dibandingkan menyusuri jejalanan Bandung yang makin berdebu itu. Wow, tapi tidak dengan hari ini. Demi bergosip bareng Papayamango, terdamparlah saya di Tobucil tepat pada pukul setengah satu siang! Ditemani berteguk-teguk kopi kemasan dan teh di dalam botol, percakapan bersama Karisma Mulyawati a.k.a Ima Papayamango yang konon disibukkan pula dengan aktivitasnya sebagai desainer sebuah perusahaan kerudung yang hobi jalan-jalan pun dimulai.


Apa, sih, sebenarnya yang dibuat oleh Papayamango?
Ya, macem-macem. Membuat aksesories lukis tangan. Kayak gantungan kunci atau gantungan ponsel. Bahannya, sih, dari kanvas-kanvasan yang diisi dengan isi boneka. 



Apa yang paling sulit dari membuat aksesories lukis tangan ini?
Meniru gambar… Ya, kalo ada yang pesen custom order. Kayak waktu itu ada yang mesen gambar Lady Gaga pengen dikartunin. Nirunya itu yang susah. Kalo yang pertama nyobain, itu ngelukisnya yang susah. 


Gimana, nih, awal kisah Papayamango?
Kalo awalnya, sih, iseng. Mengalir begitu saja. Ya, untuk nambah uang jajan. Mulainya semenjak kuliah. Jadi kepikirannya, tuh, ngeliat cat arklirik enggak kepake. Jadi iseng-iseng ngelukis, dan karena hobi juga. Jadi waktu itu masih bareng temen. Terus kita bikin catalognya juga disebarin ke kampus. Eh, ternyata pada mau. Banyak yang mesen. Kalo idenya sendiri bisa didapet dari ngeliat-liat majalah atau buku cerita. (baca selengkapnya di sini)

Senin, 27 Juni 2011

On Day Monday #19 - Jussy Rizal “Lurik”

Melirik Lurik sebagai Simbol Perjuangan

Kata lurik merujuk pada sebuah nama kain. Pembuatannya melalui proses tenun. Tentu saja ini tradisional dan handmade.  Kata lurik berasal dari bahasa Jawa, yaitu lorek, yang artinya garis-garis. Dari bahan yang saya baca, corak motif garis-garis pada kain lurik itu menjadi lambang kesederhanaan. Sederhana dalam penampilan maupun dalam pembuatan namun sarat dengan makna (Djoemena, Nian S., 2000). Nah, On Day Monday kali ini kita akan bersama-sama melirik lurik dari Jogjakarta. 

kain lurik

Mari berkenalan dengan Mas Jussy Rizal. Dia adalah pengelola dari perusahaan tenun lurik KURNIA di kawasan Jogjakarta bagian selatan. Perusahaan ini berdiri hampir setengah abad yang lalu (1962). Adalah Sang Kakek dari Mas Jussy yang memprakarsainya. Dulunya beliau adalah penenun juga, lalu bersama teman-temannya membangun usaha ini. 

Tenun Lurik Kurnia

Melewati berbagai era, usaha ini menjadi satu-satunya perusahaan kain tenun lurik di kawasan tersebut.  Mas Jussy mulai mengelola usaha ini dari tahun 2008 lalu. Lulusan Psikologi UGM ini memaparkan bahwa yang membuatnya termotivasi untuk menjalankan usaha ini adalah kecintaannya pada kain lurik itu sendiri. Kain lurik dianggap sebagai simbol perjuangan keluarganya. Selain itu, menjadi simbol perjuangan juga untuk mempertahankan kain lurik sebagai kekayaan budaya Jawa. 

Saat ini, KURNIA Lurik mempunyai 55 orang (30 diantaranya adalah penenun) yang senantiasa semangat bekerja untuk mempertahankan eksistensi kain lurik. Dalam sehari, seorang penenun mampu menghasilkan 8 meter kain lurik dengan lebar 70cm. 

salah satu ruang tenun

Adaptasi dengan zaman membuat Mas Jussy melakukan inovasi di berbagai sisi usaha ini. Dia mengembangkan beberapa motif baru untuk kain lurik (baik warna atau corak). Kain lurik yang sudah jadi, dia coba juga gabungkan dengan proses sablon dan batik. Selain itu, dia mencoba membuat kain lurik menjadi barang jadi yang lebih fungsional. Selain memenuhi permintaan pasar lokal, Mas Jussy juga membuat jalur pemasaran yang lebih luas, antara lain dengan mengikuti berbagai pameran dan juga website yang bisa ditengok di www.kurnialurik.com. Terlepas dari itu semua, Mas Jussy tetap mempertahankan kain tenun lurik yang punya rasa personal karena tradisional dan handmade. 

kreasi kain tenun

Persaingan juga tak lepas dijumpai. Muncullah teknologi mesin penenun otomatis yang mampu menghasilkan kain tenun lurik dengan kapasitas jauh lebih besar. Selain itu, muncul juga kain lurik printing. Tapi Mas Jussy menolak untuk menggunakan alat-alat tersebut. Lalu bagaimana membedakan antara kain tenun lurik tradisional, kain lurik dari mesin penenun otomatis, dan kain lurik printing? Mas Jussy punya tips, kalau printing jelas satu sisi saja motifnya, kalau tradisional di kedua sisinnya ada motif. Sedangkan kain lurik dari mesin otomatis punya kerapatan yang konstan, sedangkan yang tradisional kadang kurang konstan. 

tulisan yang tertempel pada salah satu alat tenun
seperti janji dan semangat

Sebuah tantangan besar yang harus dilewati oleh Mas Jussy adalah membangun minat konsumen terhadap kain tenun lurik tradisional ini. Dia mengaku, kain lurik masih belum sepopuler kain batik. 

Menurut saya, apa yang menarik dari segala sesuatu yang dibuat secara personal adalah cerita yang ada di baliknya. Begitu juga dengan kain lurik. Segala motif yang disajikan oleh kain lurik apalagi dengan motif klasik, pasti punya cerita tersendiri, baik itu berisi tentang harapan, atau simbol-simbol tertentu. 

Kita tengok saja kain tenun lurik yang dipakai oleh Abdi Dalem Keraton Jogjakarta. Mereka menggunakan kain tenun lurik dengan motif yang bernama Telupat. Maksud dari Telupat adalah telu papat, yang artinya tiga empat. Hal ini menjelaskan tentang tiga yang melambangkan rakyat, dan empat yang melambangkan raja. Dan tidak ada jarak diantara keduanya, seperti angkat tiga dan empat. Selain itu, ada juga motif yang cukup populer, namanya Hujan Gerimis. Motif ini mencoba menjelaskan tentang hujan gerimis yang menjadi simbol harapan dan kesuburan. 

Cerita-cerita semacam ini adalah nilai lebih yang mampu ditumpangkan di atas proses tradisional dan handmade. Sehingga kain tenun lurik mampu mencuri perhatian banyak orang. 

Secara garis besar, kronologi pembuatan kain tenun lurik terbagi dalam beberapa proses. Yang pertama adalah pewarnaan benang.  Lalu masuk dalam proses pemintalan. Setelah itu penataan benang yang sudah dipintal dalam urutan-urutan tertentu sesuai motif. Proses ini dinamakan sekir atau penghanian. Setelah itu masuklah ke alat tenun untuk kemudian ditenun. 

proses pewarnaan benang, jemur, lalu dipintal, 
dan jadilah gulungan benang

proses penghanian, lalu masuk ke proses tenun

Bagi Mas Jussy, semua orang yang terlibat dalam usaha ini adalah keluarga. Walaupun hampir semua pekerjanya sudah berumur, tapi mereka masih punya semangat untuk tetap bekerja. Tentu saja dengan sebaik-baiknya. Mas Jussy punya pesan hangat untuk kita semua, “Memakai lurik itu berarti mempertahankan budaya kita sendiri.” Saya setuju dengan hal itu! :)

salah satu penenun yang minta difoto ketika kami berkunjung
dia sedang membuat motif Manca Warna

Tidak terasa tulisan saya sudah sepanjang benang yang dipintal. Bunyi khas alat tenun juga masih terngiang-ngiang. Suatu pengalaman yang berharga bisa melihat langsung proses pembuatan lurik dan tahu seluk beluknya. Ada sebuah harapan, semoga suatu saat nanti, kain lurik bisa sejajar dengan batik yang dipatenkan sebagai warisan budaya bangsa. Sampai jumpa di On Day Monday minggu depan! Ondee mandeeee..! :)


Jussy Rizal 
Krapyak Wetan RT 07 RW 55 no. 133
Panggungharjo, Sewon, Bantul
Yogyakarta 55188
(0274) 372168

Kamis, 23 Juni 2011

Sindikasi Tobucil : Bandung dan jibaku ala Fanboy

Halo-halo Bandung!
kabar menarik dari Kota Kembang ini merupakan program sindikasi antara Ojanto dan Tobucil Handmade, dimana setiap minggunya kami akan bertukar cerita antara Jogjakarta dan Bandung :)

Lelaki asal Makassar ini adalah seorang pengelana, desainer musafir dari Timur Indonesia yang baru beberapa bulan ini nekad menetap di Bandung. Dengan bekal seadanya dan tingkat perkawanan yang masih sangat minim, Akbar Zakaria alias Abe mencoba peruntungannya di kota sejuk yang tak terlalu ramah ini. Saya yang senang mengintip kehidupan para petualang sudah sedari lama mengincar obrol Abe tentang petualanganya. Di sela kesibukan akademis yang kian meningkat dan menyebalkan, saya sempatkan barang sejenak untuk “mengganggu” Abe dan usahaclothing-nya yang tengah merangkak…

 Sejak kapan, nih, seorang Abe seneng desain?
Jadi suka dengan hal-hal yang berbau desain, sih, udah dari kecil, sejak SD. Waktu itu belum tahu apa itu desain grafis, tapi sudah seneng liat logo dan ngegambar logo. Logo-logo band kayak Oasis, Backstreetboys, Boyzone, maklum dulu kan jamannya boyband, hehehe… Trus juga kayak logonya Slank kalo untuk band Indonesia. Suka juga merhatiin logo-logo olahraga, semisal Juventus, Liverpool, AC Milan, Chicago Bulls, dan lain-lain. Waktu itu masih sebatas menggambar ulang, belum mencipta logo sendiri.

Menurut kamu, apa, sih, yang menarik dari dunia desain?
Banyak... Tanpa desain (grafis) dunia masyarakat modern enggak akan seberwarna ini. Coba bayangin aja kalo website favorit kita isinya cuma tulisan doing atau kalo komputer kita enggak ada apa-apa selain huruf dan angka, bisa-bisa kita mati kebosanan, hahaha.


Aih wacanais filosofis hahahaha. Oh, ya. Kamu belajar desain darimanakah?
Belajarnya otodidak banget. Sampai sekarang, sih, masih agak minder untk ngaku sebagai desainer grafis. Saya ngakunya sebagai "graphic design enthusiast" aja. Belajarnya dari baca-baca buku, baca e-book gratisan, dansharing dengan temen yang punya minat yang sama. Dulu di Makassar sempet ngebentuk komunitas pembelajar desain grafis, namanya Gradient (Graphic Design Development). Gradient itu komunitas di kampus,, tujuannya untuk mewadahi anak-anak Makassar yang seneng sama bidang desain grafis. Setiap bulan ada ngumpul-ngumpulnya, namanya Gradient Gathering. Karena emang pengetahuan secara teknis kita yang ada di Gradient minim, jadi sharing-nya lebih ke hal-hal yang sifatnya konseptual. Setiap tahun ada pelatihan untuk ngerekrut anggota baru, namanya Gradient Day. Rencananya, sih, tahun depan mau nyobain bikin Gradient Day yang berskala lebih luas. Pematerinya diusahain dari advertising agency yang ada di Jakarta, Bandung, atau Jogja. Sampai sekarang, sih, untuk Gradient Gathering-nya masih rutin jalan tiap bulan.

Rabu, 22 Juni 2011

we're on MY MAGZ!! :D


My Magz adalah local free magazine yang banyak mengulas tentang Jogjakarta dan segala isinya, mulai dari lifestyle, komunitas, event, sampai fashion. Majalah ini terbit setiap bulan dalam bentuk online dan cetak. Dan tentu saja, senang sekali rasanya bisa dimuat di My Magz dan menjadi bagian dari kota Jogjakarta yang istimewa.

Ini merupakan hasil obrolan kami dengan Pino dari My Magz di suatu siang di bulan Mei. Ditemani beberapa potong molen nanas yang paling enak se-Jogja, kami banyak bercerita tentang lahirnya Ojanto, juga beberapa kegiatan yang kami lakukan.

My Magz edisi bulan Juni ini bisa didapatkan di Swaragama FM, atau bisa juga dibaca di sini.
terimakasih, My Magz!! :D

Ojan dan Putri

Senin, 20 Juni 2011

On Day Monday #18 - Dito Yuwono

Have You Met Dito Yuwono?
 
Jujur saja, sepak terjang seorang Dito Yuwono baru saya ikuti setelah berkenalan dengannya sekitar sebulan yang lalu. Sebelumnya, saya hanya sempat mencuri-curi dengar tentangnya dari obrolan beberapa teman. Katanya sih Dito Yuwono ini adalah seorang fotografer gigs yang andal. Katanya juga, dia punya beberapa project foto personal yang merekam detail-detail wajah banyak orang. Benarkah begitu? mari kita langsung saja berkenalan dengannya, Dito Yuwono.
 

On Day Monday kali ini memang sedikit berbeda dari edisi-edisi sebelumnya. Dito Yuwono bukan seorang crafter yang lincah memainkah tangan-tangan ajaibnya dan membuat sesuatu. Tapi bukan berarti dia tidak memiliki tangan ajaib itu. Justru dari tangan ajaib inilah lahir banyak jepretan mengagumkan, yaitu karya-karya fotonya.


Seperti kebanyakan fotografer lainnya, Dito mempelajari fotografi dari bangku perkuliahan dan beberapa short-course yang diikutinya. Dia mulai serius dengan dunia ini ketika menjadi reporter untuk sebuah media, sampai akhirnya kemampuan fotografinya banyak dikenal melalui hasil jepretan dari banyak gigs atau acara musik di Jogjakarta. Sebenarnya sampai sekarang Dito lebih dikenal sebagai fotografer gigs, tapi ternyata di balik itu dia lebih ingin dikenal sebagai fotografer yang memiliki karya-karya foto personal melalui project-project fotonya.


Jika berkunjung ke website pribadinya, kita akan melihat beberapa project foto yang pernah dan sedang dilakukannya. Project terakhir yang masih berlangsung sampai dengan saat ini adalah project foto "Have We Met" dimana dia mendokumentasikan wajah orang-orang yang ditemuinya. Idenya sesederhana berkenalan. Jika biasanya kita berkenalan dengan saling berjabat tangan dan menyebutkan nama, melalui project ini Dito mengajak berkenalan melalui wajah. Terkadang ketika kita berkenalan dengan seseorang, memori kita yang terbatas membuat kita sulit mengingat nama dan identitas sosial seseorang. Namun wajah, dengan detail yang spesifik dan berbeda antara satu orang dengan yang lainnya, menjadi identitas yang sulit terlupa. Mungkin inilah contoh konkrit dari alasan kecintaannya dengan fotografi. Menurutnya karya fotografi adalah karya yang personal, dan jelas saya bisa melihat ini melalui project-project fotonya.

 
Project foto yang lahir dari seorang Dito Yuwono mungkin adalah salah satu dari sekian banyak langkah yang akan mendekatkannya pada cita-citanya. Sebenarnya cita-citanya sederhana saja, bahwa dia ingin berbuat sesuatu dengan medium foto. Dan menurutnya, apa yang dilakukakannya sekarang sudah mendekati apa yang dicita-citakan.

Banyak sekali sebenarnya cerita dan insight menarik dari Dito. Tapi saya takut kalau tulisan ini menjadi sangat panjang dan bertele-tele. Apalagi setelah mengetahui bahwa Dito juga adalah seorang penulis yang baik. Maka daripada saya menjadi semakin minder, saya sarankan silakan langsung berkunjung ke website pribadinya, atau berkenalan langsung dengannya. Jangan khawatir, Dito orangnya ramah kok, seperti burung kenari yang senang berteman. Bukan begitu, Mas Dito? hehe..
 
 
Dito Yuwono
 
ditulis oleh : Putri
foto : Dok. Pribadi

Sabtu, 18 Juni 2011

Sindikasi Tobucil : Menembus Tabir Masa Lampau

Halo-halo Bandung!
kabar menarik dari Kota Kembang ini merupakan program sindikasi antara Ojanto dan Tobucil Handmade, dimana setiap minggunya kami akan bertukar cerita antara Jogjakarta dan Bandung :)

Masa lalu bisa jadi tak berada di belakang kita dan masa depan sangat mungkin pula tak berada di depan. Keduanya mungkin berjalan beriringan, menemani setiap langkah, menyadarkan kita akan sesuatu...


Pernah mendengar nama Gua Pawon? Bagi kebanyakan warga Bandung dan Padalarang, Gua Pawon hanyalah sekadar sebuah gua yang telah ada sejak dahulu kala tanpa ada pengaruhnya bagi kehidupan mereka. Bahkan hanya sebagian kecil masyarakat Bandung yang mengetahui keberadaannya sejak gua ini dinyatakan sebagai situs prasejarah yang dilindungi. Letak Gua Pawon terdapat di Pasir Pawon, daerah Padalarang, Kabupaten Bandung, pada ketinggian antara 700 m di atas permukaan laut. Pasir Pawon merupakan bagian dari kawasan gugusan karst Gunung Masigit yang terletak 25 kilometer sebelah barat kota Bandung. Pada awalnya, letak gua yang berada di lokasi penambangan berbagai jenis batu itu hanya dianggap sebagai satu lokasi tempat bernaung disela penambangan batu atau tempat bermain anak-anak. Namun, gua tersebut menjadi cukup populer ketika ia diketahui menyimpan misteri kehidupan masa lalu. Ya, pada tahun 2003 lalu (dan sampai detik ini masih diteliti), di dalam gua itu ditemukan 20.250 tulang belulang dan 4.050 serpihan batu yang diperkirakan telah berusia sekitar 10 ribu tahun.


Gua Pawon sendiri sebenarnya terbentuk oleh proses geologi dalam waktu puluhan sampai ratusan ribu tahun yang lalu. Letak gua ini menghadap ke lembah yang subur sehingga merupakan tempat yang ideal sebagai tempat tinggal manusia prasejarah. Manusia prasejarah yang pernah menempatinya diperkirakan kelompok manusia prasejarah dengan jumlah yang tidak terlalu besar. Mereka merupakan kelompok manusia pengembara yang menelusuri pantai Danau Bandung Purba sambil berburu binatang untuk makanannya. Manusia Pawon kemungkinan hidup pada masa antara 10–6 ribu tahun yang lalu. Gua Pawon kemudian menjadi kian menarik karena di sana ditemukan pula artefak berupa perkakas serta senjata yang terbuat dari  batuan obsidian. Para ahli pernah menyimpulkan bahwa obsidian tersebut berasal dari Gunung Kendan di sekitar kawasan Nagrek, Garut. Artinya, bahwa pada masa purba tersebut telah terjadi transaksi jual beli bahan mentah atau juga para manusia purba ini telah mengembara mencari bahan mentah yang bagus jauh dari tempat asalnya. Apakah mereka mengembara dengan berjalan kaki ratusan kilometer? Ataudengan menggunakan rakit menyusuri danau Bandung? Hal tersebut belum dapat dipastikan hingga sekarang.


Lalu bagaimana bisa manusia prasejarah tiba-tiba menetap di Gua Pawon? Beberapa pakar Arkeologi, seperti Dr. Harry Truman Simanjutak, dalam beberapa tulisannya tentang manusia dan hewan masa purba yang datang ke wilayah Nusantara, menduga bahwa migrasi ini terjadi sejak masa Plestosen (empat juta-20 ribu tahun lalu).. Saat itu terjadi perubahan bentuk daratan, karena proses alami dari daratan jadi lautan, atau sebaliknya. Perubahan itu berlanjut pada zaman glasial (zaman es) di bumi bagian utara dan selatan, sedang di khatulistiwa berlangsung hujan dan iklim lembab (pluvium). Akibatnya, laut dangkal berubah jadi daratan. Kita pun lalu mengenal adanya paparan Sunda menghubungkan Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan sampai daratan Asia Tenggara. Di timur muncul paparan Sahul yang menghubungkan Irian dan Benua Australia. Kuat dugaan, pada zaman itulah manusia bermigrasi, menetap dan membangun kehidupan di suatu tempat, termasuk di Nusantara. Hal ini diperkuat dengan temuan artefak, fosil fauna, peralatan dari batu, tulang dan rangka manusia purba di Afrika, Eropa, Cina dan lainnya yang mirip dengan tinggalan yang dijumpai di Indonesia.
(selanjutnya baca di sini)

Rabu, 15 Juni 2011

kelas kerajinan tangan "Sambil Menyulam Minum Air"

AHA!
Acara ini jelas akan mengobati kerinduan kami akan hadirnya Play Your Magic Hands. Adalah mbak Mira dari Lir Shop, yang dengan baik hati mengajak kami untuk mengadakan kegiatan workshop kerajinan tangan. Kegiatan ini akan menjadi salah satu acara dalam rangkaian Grand Opening Lir Shop yang sudah berlangsung dari awal bulan Juni.

Terinspirasi dari ajakan serius Mba Tarlen Tobucil dalam mengolah kata-kata bijak, pada kegiatan ini kami akan mengadakan kelas "Quotes Stitching". Quotes-yang artinya kutipan, seringkali kita gunakan untuk membahasakan kata-kata bijak yang menginspirasi hidup kita. Daripada sekedar dituliskan sebagai status Twitter atau Facebook, mungkin kata-kata bijak ini bisa jadi lebih bermakna ketika disulamkan pada kain dan dijadikan hiasan pemanis dinding kamar. Langkah-langkah dan cara pembuatannya akan kita pelajari bersama-sama di kelas kerajinan tangan "Sambil Menyulam Minum Air". Selain quotes stitching, akan ada kelas lain juga di hari yang sama yaitu kelas membuat boneka oleh Kiki dan I'id Hello Bleu, dan kelas paper quilling oleh Brinalloy BjBj Paperquilling. Semua informasi yang teman-teman butuhkan untuk mengikuti kelas-kelas ini ada pada poster diatas atau di tautan ini. Monggo silakan dibaca saja :D

Sedikit cerita tentang judul acara "Sambil Menyulam Minum Air". Kata-kata ini adalah celetukan random dari mas Dito Yuwono ketika kami sedang berembug tentang kelas-kelas workshop. Diambil dari pribahasa "Sambil Menyelam Minum Air" mas Dito (katanya :p) berencana membuat sulaman yang diplesetkan menjadi "Sambil Menyulam Minum Air" kemudian Mba Mira pun secara random akhirnya menggunakan kalimat ini sebagai judul acara workshop. Sungguh malam yang cukup random ketika itu. Tapi bisa jadi inilah daya tariknya, karena selain bisa mengikuti kelas kerajinan tangan di hari Minggu (19 Juni 2011), teman-teman juga bisa cuci mata dengan bazaar handmade yang diadakan selama dua hari di hari Sabtu dan Minggu.

Kami sangat mengharapkan kedatangan teman-teman di hari Minggu nanti. Sudah rindu rasanya mengerjakan sesuatu bersama-sama :D kosongkan jadwal ya, mari ramaikan "Sambil Menyulam Minum Air"!!

Senin, 13 Juni 2011

On Day Monday #17 - Youthdew

Pompom a la Embun Muda
Dari sekian banyak kreasi kerajinan tangan yang ada, menurut saya pompom adalah salah satu yang paling simpel namun tetap memiliki keunikan. Simpel karena memang cukup mudah membuatnya. Hanya dengan gulungan benang wool yang padat, ikatan yang kencang dan sedikit mencukur benang di sana-sini maka jadilah sebuah bulatan pompom yang sempurna. Unik, karena kita bisa secara random mencampur banyak jenis benang dengan berbagai warna, dan hasil akhirnya selalau saja mengejutkan. Namun bagi saya, tidak mudah untuk menciptakan sesuatu yang lain dari sebuah pompom. Sesuatu yang tidak biasa, namun hasilnya tetap bisa dinikmati.

Dalam hal kreasi pompom, saya pernah dibuat terkagum-kagum oleh Moel The Mogus yang membuat boneka Monster Gurita dari bulatan-bulatan pompom yang dirangkai. Coba saja lihat di sini, pompom bisa berubah menjadi boneka Mogu yang solid. Lalu kemarin, saya sekali lagi dibuat terkagum-kagum oleh seorang perempuan yang juga bisa menyulap pompom menjadi sesuatu yang sangat manis. Mari berkenalan dengan Made Primaswari W, si Embun Muda yang merangkai pompom menjadi kalung cantik a la Youthdew.

Sebenarnya Youthdew lahir sudah sejak lama. Kira-kira di tahun 2006, Mbak Prima yang memang menggemari barang-barang vintage ini mulai membuat sesuatu dengan bahan baku baju-baju secondhand. Dia memanfaatkan motif-motif unik dari baju-baju ini untuk dijadikan aplikasi pada tas tangan buatannya. Karena banyak yang meminati, akhirnya bisnis inipun menjadi lebih serius. Produk yang cukup melegenda dari Youthdew adalah Travelling Bag yang memiliki banyak aplikasi di dalamnya, namun tampilannya tetap cute dengan kesan vintage. Setelah berjalan sekitar dua tahun, Youthdew kemudian vakum sejenak karena kesibukan Mbak Prima bekerja di sebuah LSM. Setelah itu Mbak Prima menikah, re-sign dari pekerjaannya dan memutuskan menjadi ibu rumah tangga :D
Jangan salah, menjadi ibu rumah tangga tidak menghentikan Mbak Prima untuk tetap berkarya. Justru ini menjadi tiket baginya untuk kembali menghidupkan Youthdew. Mulai tahun 2010 akhirnya Youthdew kembali berproduksi. Travelling Bag andalannya hadir lagi, plus kali ini Mbak Prima mulai menciptakan sesuatu yang baru yaitu kalung pompom.


Ah, saya baru sekali ini melihat pompom dalam bentuk yang sangat manis. Apalagi pompom buatan Mbak Prima hadir dalam berbagai campuran warna benang. Ada yang warnanya random, ada yang menjadi seperti semburat-semburat, ada yang belang-belang, dan zigzag! Tidak heran kalo Mbak Prima mengakui betapa dia dibuat jatuh cinta oleh pompom. Menurut Mbak Prima, pompom itu tak terbatas kemungkinannya untuk diolah. Dengan kreativitas dan banyak referensi tentu saja, pompom bisa berubah menjadi sesuatu yang lebih unik.


Tentang nama Youthdew, ternyata nama ini diambil dari produk parfum pertama keluaran Estee Lauder. Parfum dalam bentuk sabun mandi ini adalah produk yang mentransformasikan Estee Lauder dari yang tadinya sekedar perusahaan keluarga yang sedang berkembang, menjadi bisnis yang bernilai jutaan dollar. Kisah sukses seorang Estee Lauder adalah kisah yang begitu menginspirasi Mba Prima dalam menjalankan usahanya. Selain Estee Lauder, banyak pula hal-hal menarik lainnya yang menjadi inspirasi mba Prima, dan bisa kita temukan di blog pribadinya di sini.

Nama Youthdew yang juga berarti Embun Muda, akhirnya menjadi semacam trademark bagi Mba Prima. Sampai-sampai banyak yang mengenalnya dengan nama Embun ketimbang Prima. Bagi saya embun merupakan hal pertama di pagi hari, selalu baru dan menyegarkan. Semoga dengan filosofi sederhana ini Youthdew bisa terus menciptakan kreativitas yang selalu baru dan menyegarkan :D 


Youthdew
email : youthdewshop(at)yahoo(dot)com

ditulis oleh : Putri
foto : dok. pribadi

Jumat, 10 Juni 2011

Sindikasi Tobucil : Antara Handmade dan LSD

Halo-halo Bandung!
kabar menarik dari Kota Kembang ini merupakan program sindikasi antara Ojanto dan Tobucil Handmade, dimana setiap minggunya kami akan bertukar cerita antara Jogjakarta dan Bandung :)
Ini adalah kisah yang tidak bermaksud romantis. Cerita sederhana tentang lelaki dan perempuan yang berwujud dalam diri Agugn dan Sekarpuri dan memutuskan untuk menikah, eh?? Hahaha. Yap, Setelah kemarin kehadiran ibu dan anak dalam Pyur!Handmade, kali ini TobucilHandmade sepertinya belum mau bosan untuk menghadirkan persekongkolan dua insan lainnya yang tak kalah dahsyat, tentang suami dan istri yang menjelmakan dirinya ke dalam Derau. Jelang siang Bandung yang kian panas, Agugn bercerita mengenai langkah kecil nan manis yang dilakukan oleh Derau...




Gimana, nih, awal kisah terbentuknya Derau? 
sebenernya ide awal bikin derau tuh sejak 2008 dibentuk oleh Agugn dan Sekarputi yang kebetulan satu kampus. Awalnya sih karena sering bikin-bikin aja tapi enggak tahu harus dikemanain setelah dibikin, hehehe… Akhirnya kita berdua setuju untuk bikin label DERAU ini yang berlandaskan pada skill dan keterampilan yang kita punya.

Apa aja, sih, yang dibikin sama Derau?
Sebenernya banyak. Mulainya mah dari skill masing-masing, saya kan seni grafis jadi bikin yang berbau teknik cetak manual, ada postcard, emblem atau patches, sarung bantal. sampe kaos dengan cetak cukil kayu. Kalo Puti, dari seni keramik. dia bikin kancing, miniatur tanaman, gantungan kunci, sampe piring, hehehe…


Semua dihajarlah ya, wkwkwk. Oh, ya. Kenapa dinamain Derau? 
Hahaha, awalnya sih “derau desau”, tapi di tengah jalan kita pikir Derau lebih oke dengan konsep barang-barang yang udah kita buat. Kalo di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), “derau” punya arti tiruan bunyi hujan tertiup angin; gangguan dalam informasi yang menyebabkan menurunnya kualitas informasi. Nah, jadi barang-barang kita teh agak-agak mengganggu gitu. Maksudnya agak-agak ga penting juga, sih, hehedan warna-warna yang di pakai pun agak mengganggu penglihatan, terkesan berisik. 
(selanjutnya baca di sini)

Senin, 06 Juni 2011

On day Monday #16 - Prihatmoko "Moki" Catur

Tresno Jalaran Soko Kulino

Sepertinya kalimat diatas adalah judul yang pas untuk On Day Monday kali ini. Selain karena ini adalah ucapan yang terlontar dari si empunya cerita sendiri, kalimat ini juga dengan tepat menggambarkan perjalanan karya-karyanya hingga sekarang. Perkenankan saya memperkenalkan orang hebat satu ini, Prihatmoko Catur, yang akrab dipanggil Moki.



Berasal dari keluarga penyablon, Moki memulai pergelutannya di dunia ini sejak SMA. Ketika itu dia bersekolah di SMSR (Sekolah Menengah Seni Rupa, sekarang menjadi SMK 4). Moki dulu sering membantu kakaknya yang memang bekerja di sebuah perusahaan t-shirt yang cukup ternama. Sejak itu, dunia sablon menjadi sangat dekat dengannya, dan diapun akhirnya jatuh cinta.



Setelah melanjutkan jenjang pendidikan ke Institut Seni Rupa jurusan Seni Grafis, Moki mulai mengaplikasikan teknik sablon pada karya-karyanya. Sebagian besar karyanya yang menggunakan teknik sablon adalah karya lukis. Dan karyanya ini sudah membawanya ke beberapa pameran dimana-mana, baik itu tunggal maupun bersama. Yang terakhir adalah pameran bersama dengan beberapa seniman Jogja lainnya di Australia.



Moki memang adalah seorang seniman, yang piawai melukiskan bentuk-bentuk indah di atas kanvas. Namun tidak untuk bentuk wajah. Moki mengakui, menggambar wajah itu sulit, karena itu dia menggunakan teknik sablon. Dengan sablon, wajah siapapun, dengan detail serumit apapun, bisa dihadirkan di kanvas lukisnya. "Sebuah kekurangan yang menjadi kelebihan" begitu kata Moki.





Selain menciptakan karya, Moki juga membuat beberapa produk yang disebutnya dengan produk sandang. Di bawah nama Kribi-Krispi, Moki menampilkan karya-karyanya dalam bentuk kaos dan dompet. Membuat produk sebenarnya bukan hal baru baginya. Sejak mengenal dunia sablon, Moki sudah mulai membuat produknya sendiri seperti kaos dan stiker. Dan walaupun sekarang baginya membuat produk bukanlah hal yang utama, namun Moki memperlakukan produknya hampir sama dengan ketika dia membuat sebuah karya. Produknya tetap personal, dan tidak dibuat banyak.


Yang membuat saya kagum adalah, Moki yang seorang seniman, yang sudah memajang karyanya di banyak pameran, dan sudah pergi ke banyak tempat, adalah orang yang murah hati untuk urusan ilmu. Tidak tampak keengganan ketika saya dan Ojan bertanya ini itu seputar teknik sablon. Tidak hanya memperlihatkan karyanya saja, Moki juga memperlihatkan "dapur"nya kepada kami. Bahkan Moki bercerita dengan cukup detail bagaimana sebuah karya bisa dihasilkannya. Tidak cukup sampai disitu, Setelah wawancara ini selesai, kami pulang membawa oleh-oleh darinya berupa komik! 


Bukan komik superhero tentu saja, apalagi komik hentai. Komik yang kami bawa pulang adalah komik asli bikinan Moki. Selain menguasai teknik sablon dan karya lukisnya, Moki memang terkenal dengan karya komiknya. Berbeda dengan karya lukis yang terlihat melankolis, karya komik milik Moki adalah komik yang kocak. Coba saja lihat komik "Tips dari Tipo" di sini, sungguh bisa dijadikan obat galau haha..



Akhir kata, tentu saja kami ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada Mas Moki yang telah bersedia berbagi cerita dan ilmu di On Day Monday. Semoga selalu siap menerima kunjungan kami untuk pelajaran sablon berikutnya :p


Prihatmoko "Moki" Catur, karya-karyanya bisa dilihat di ;

Jumat, 03 Juni 2011

TUTORIAL : Roses dari Paperquilling

tutorial ini merupakan  re-post dari tutorial paperquilling yang disusun oleh Brinalloy. karya-karya paperquillingnya yang lain bisa ditemukan disini :)
 
Halooo...
Beberapa hari ini saya menyiapkan satu tutorial buat teman-teman yang mau belajar paper quilling.
Kali ini kita akan membuat bunga mawar.
Perhatiin tutorial-nya dengan baik dan benar, ya :)
Alat dan bahan :
1. Kertas Spectra warna-warni
2. Lem kertas
3. Gunting
4. Slotted tool ( jika tidak ada, gunakan jari jemari ajaib kalian juga tidak masalah :p )
 
- Alat dan bahan -
 
 
- Tutorial bunga mawar -

Langkah-langkah yang harus ditempuh :
1. Lipat kertas menjadi dua bagian.
2. Gunting kertas hingga menjadi dua bagian yang berbeda.
3. Gulung dulu kertasnya, kira-kira 2-3 kali gulungan kecil.
4. Lipat kertas dengan sudut lancip ke arah dalam.
5. Gulung kertas mengikuti lipatan dengan terus memegang ujung kertas yang telah digulung.
6. Lakukan lipatan berikutnya berlawanan arah dengan gulungan, tetapi tetap ke arah dalam. tapi jangan lupa, dengan sudut lancip yang sama seperti sebelumnya. Lakukan berulang hingga ujung kertas.
7. Perhatikan gambar! Seluruh gulungan akan membentuk gumpalan. Kemudian longgarkan gulungan dan lipatan kertas mawar. Lalu turunkan gulungan kertas awal hingga sejajar dengan lipatan lainnya.
8. Lem ujung kertas.
9. Jadilah sebuah mawar yang kecil dan imut.

Bunga-bunga mawar ini bisa kalian gunakan untuk hiasan kartu ucapan, hiasan buku, dan lain-lan.
Semoga tutorial ini berguna untuk teman-teman yang ingin berkarya dengan jari-jari ajaib :)
 
- Roses -
Selamat mencoba :)

Share This

Related Posts with Thumbnails