Halo-halo Bandung!
kabar menarik dari Kota Kembang ini merupakan program sindikasi antara Ojanto dan Tobucil Handmade, dimana setiap minggunya kami akan bertukar cerita antara Jogjakarta dan Bandung :)
Masa lalu bisa jadi tak berada di belakang kita dan masa depan sangat mungkin pula tak berada di depan. Keduanya mungkin berjalan beriringan, menemani setiap langkah, menyadarkan kita akan sesuatu...
Pernah mendengar nama Gua Pawon? Bagi kebanyakan warga Bandung dan Padalarang, Gua Pawon hanyalah sekadar sebuah gua yang telah ada sejak dahulu kala tanpa ada pengaruhnya bagi kehidupan mereka. Bahkan hanya sebagian kecil masyarakat Bandung yang mengetahui keberadaannya sejak gua ini dinyatakan sebagai situs prasejarah yang dilindungi. Letak Gua Pawon terdapat di Pasir Pawon, daerah Padalarang, Kabupaten Bandung, pada ketinggian antara 700 m di atas permukaan laut. Pasir Pawon merupakan bagian dari kawasan gugusan karst Gunung Masigit yang terletak 25 kilometer sebelah barat kota Bandung. Pada awalnya, letak gua yang berada di lokasi penambangan berbagai jenis batu itu hanya dianggap sebagai satu lokasi tempat bernaung disela penambangan batu atau tempat bermain anak-anak. Namun, gua tersebut menjadi cukup populer ketika ia diketahui menyimpan misteri kehidupan masa lalu. Ya, pada tahun 2003 lalu (dan sampai detik ini masih diteliti), di dalam gua itu ditemukan 20.250 tulang belulang dan 4.050 serpihan batu yang diperkirakan telah berusia sekitar 10 ribu tahun.
Gua Pawon sendiri sebenarnya terbentuk oleh proses geologi dalam waktu puluhan sampai ratusan ribu tahun yang lalu. Letak gua ini menghadap ke lembah yang subur sehingga merupakan tempat yang ideal sebagai tempat tinggal manusia prasejarah. Manusia prasejarah yang pernah menempatinya diperkirakan kelompok manusia prasejarah dengan jumlah yang tidak terlalu besar. Mereka merupakan kelompok manusia pengembara yang menelusuri pantai Danau Bandung Purba sambil berburu binatang untuk makanannya. Manusia Pawon kemungkinan hidup pada masa antara 10–6 ribu tahun yang lalu. Gua Pawon kemudian menjadi kian menarik karena di sana ditemukan pula artefak berupa perkakas serta senjata yang terbuat dari batuan obsidian. Para ahli pernah menyimpulkan bahwa obsidian tersebut berasal dari Gunung Kendan di sekitar kawasan Nagrek, Garut. Artinya, bahwa pada masa purba tersebut telah terjadi transaksi jual beli bahan mentah atau juga para manusia purba ini telah mengembara mencari bahan mentah yang bagus jauh dari tempat asalnya. Apakah mereka mengembara dengan berjalan kaki ratusan kilometer? Ataudengan menggunakan rakit menyusuri danau Bandung? Hal tersebut belum dapat dipastikan hingga sekarang.
Lalu bagaimana bisa manusia prasejarah tiba-tiba menetap di Gua Pawon? Beberapa pakar Arkeologi, seperti Dr. Harry Truman Simanjutak, dalam beberapa tulisannya tentang manusia dan hewan masa purba yang datang ke wilayah Nusantara, menduga bahwa migrasi ini terjadi sejak masa Plestosen (empat juta-20 ribu tahun lalu).. Saat itu terjadi perubahan bentuk daratan, karena proses alami dari daratan jadi lautan, atau sebaliknya. Perubahan itu berlanjut pada zaman glasial (zaman es) di bumi bagian utara dan selatan, sedang di khatulistiwa berlangsung hujan dan iklim lembab (pluvium). Akibatnya, laut dangkal berubah jadi daratan. Kita pun lalu mengenal adanya paparan Sunda menghubungkan Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan sampai daratan Asia Tenggara. Di timur muncul paparan Sahul yang menghubungkan Irian dan Benua Australia. Kuat dugaan, pada zaman itulah manusia bermigrasi, menetap dan membangun kehidupan di suatu tempat, termasuk di Nusantara. Hal ini diperkuat dengan temuan artefak, fosil fauna, peralatan dari batu, tulang dan rangka manusia purba di Afrika, Eropa, Cina dan lainnya yang mirip dengan tinggalan yang dijumpai di Indonesia.
(selanjutnya baca di sini)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar